Look! |
“If you reject the food, ignore the customs, and avoid the people, you might better stay at home.” – James Michener
"Mas, mba mau nonton ya? langsung masuk aja ntar langsung main filmnya tiketnya 4000 satu orang", tagihan mas-mas penjaga theater membuka obrolan kami sore itu. Dengan tiket 4000 rupiah saja kita bisa menonton film selama sekitar 20 menit tentang sejarah dieng. Filmnya sangat edukatif menurut saya karena film tersebut bisa menjelaskan berbagai macam hal yang sebelumnya kita tidak tau. Dari asal usul dataran tinggi dieng yang terjadi karena letusan gunung api purba Prau, bencana yang terjadi di kawah sinila dan menewaskan 100an penduduk, hingga adat pemotongan rambut gimbal anak dieng yang beranjak dewasa. Super.
Tapi terlepas dari itu, hal utama memang pengalaman dari masing-masing individu yang jauh lebih berharga daripada film. Sehingga kita bisa mengambil nilai yang lebih inspiratif dari pengalaman individu tersebut. Kita bisa merasakan kearifan lokal hanya dengan kita berkomunikasi dengan individu-individu (baca: penduduk / masyarakat sekitar) tersebut. Film hanya agar kita sebagai makhluk visual bisa melihat secara visual pula apa yang sebenarnya terjadi.
Sebagai contoh : Saya diceritakan oleh pengelola penginapan tentang fenomena bun upas yakni membekunya tanaman-tanaman karena dieng berada pada suhu terendah saat itu. Namun kita yang tidak pernah tau fenomena itu tentu sulit membayangkan. Nah disinilah film/video dan juga foto sebagai media visual berperan. Tentu kita jadi bisa dengan mudah mengetahui fenomena tersebut. Maksud saya jadilah traveler yang selain ramah lingkungan juga ramah sosial, jangan kita datang ke suatu tempat, kita nikmati saja, foto-foto, hura-hura, lalu pulang. Tidak ada nilai yang bisa diambil dan diberi dari hal itu. Sekian.
Tapi terlepas dari itu, hal utama memang pengalaman dari masing-masing individu yang jauh lebih berharga daripada film. Sehingga kita bisa mengambil nilai yang lebih inspiratif dari pengalaman individu tersebut. Kita bisa merasakan kearifan lokal hanya dengan kita berkomunikasi dengan individu-individu (baca: penduduk / masyarakat sekitar) tersebut. Film hanya agar kita sebagai makhluk visual bisa melihat secara visual pula apa yang sebenarnya terjadi.
Sebagai contoh : Saya diceritakan oleh pengelola penginapan tentang fenomena bun upas yakni membekunya tanaman-tanaman karena dieng berada pada suhu terendah saat itu. Namun kita yang tidak pernah tau fenomena itu tentu sulit membayangkan. Nah disinilah film/video dan juga foto sebagai media visual berperan. Tentu kita jadi bisa dengan mudah mengetahui fenomena tersebut. Maksud saya jadilah traveler yang selain ramah lingkungan juga ramah sosial, jangan kita datang ke suatu tempat, kita nikmati saja, foto-foto, hura-hura, lalu pulang. Tidak ada nilai yang bisa diambil dan diberi dari hal itu. Sekian.
DPT! |
Lalu setelah menonton film dieng inilah judul blog diatas menjadi tepat sasaran. Ya, Telaga Warna. Disebut Telaga Warna karena warna air telaga bisa berubah-ubah. Kadang
berwarna hijau kebiruan, hijau tosca, kadang kuning berbaur kemerahan. Perubahan
warna ini bergantung pada cuaca, waktu, dan saat kita melihatnya.
Pesona telaga ini ada hubungannya dengan theater ini kenapa? sebab spot terbaik kita melihat telaga warna ini ada di balik batu yang jalan untuk kesana tepat berada di belakang dieng plateu theater ini. Untuk mencapai tempat ini tidak sulit. Dari belakang dieng plateu theater ini kita cukup menyusuri jalan setapak tanah hingga sampai bertemu pertigaan. Dari pertigaan itu belok ke kanan. Setelah itu susuri saja jalan yang semakin nanjak itu hingga kita bisa tepat berada di atas batu yang meghadap ke telaga warna dan telaga pengilon di sebelahnya. Indah sob.
Menurut beberapa orang spot ini memang baru dibuat aksesnya dan nama tempat ini adalah batu pandang. Jikalau masih bingung jalannya saran saya tanya aja penjaga tiket theater ini. beliau akan dengan senang hati menunjukan jalannya. Kami sendiri menghabiskan waktu yangcukup sangat lama disini. Bukan karena apa tapi memang indah banget. Pemandangan dari atas sini dapat melihat seluruh telaga warna dan telaga pengilon. Dengan latar belakang bukit-bukit hijau, rimbunnya hutan dan perpaduan telaga warna berwarna hijau kebiruan serta telaga pengilon berwarna kecoklatan, maka rasa damai, segar, adem, nyaman, senang bercampur jadi satu disini. Indonesia itu indah kawan.
Tidak lupa kita bersyukur atas kuasa dan nikmat Allah yang telah menggoreskan keindahan di dataran tinggi ini dan kita manusia-manusia kecil ini diberikan kesempatan melihatnya. Alhamdulillah.
Pesona telaga ini ada hubungannya dengan theater ini kenapa? sebab spot terbaik kita melihat telaga warna ini ada di balik batu yang jalan untuk kesana tepat berada di belakang dieng plateu theater ini. Untuk mencapai tempat ini tidak sulit. Dari belakang dieng plateu theater ini kita cukup menyusuri jalan setapak tanah hingga sampai bertemu pertigaan. Dari pertigaan itu belok ke kanan. Setelah itu susuri saja jalan yang semakin nanjak itu hingga kita bisa tepat berada di atas batu yang meghadap ke telaga warna dan telaga pengilon di sebelahnya. Indah sob.
Hijau Kebiru-biruan |
Menurut beberapa orang spot ini memang baru dibuat aksesnya dan nama tempat ini adalah batu pandang. Jikalau masih bingung jalannya saran saya tanya aja penjaga tiket theater ini. beliau akan dengan senang hati menunjukan jalannya. Kami sendiri menghabiskan waktu yang
Tidak lupa kita bersyukur atas kuasa dan nikmat Allah yang telah menggoreskan keindahan di dataran tinggi ini dan kita manusia-manusia kecil ini diberikan kesempatan melihatnya. Alhamdulillah.
Puas melihat telaga warna dari atas, tidak ada salahnya untuk menikmati telaga ini dari bawah juga. Sangat mudah jika dari sini. Kita tidak perlu memutar ke pintu masuk resmi telaga warna. Kita cukup ambil jalan dari belakang Dieng Plateu Theater sebelah kiri. Disana ada anak tangga bagi pengunjung yang ingin ke telaga warna. Dan setelah menuruni seratus anak tangga mungkin zzz, sampailah kita di surganya dataran tinggi dieng, Telaga Warna. Seperti yang dijelaskan sebelumnya di kompleks telaga warna ini juga terdapat telaga lain yang bersebelahan dan dipisahkan sebuah padang rumput saja yaitu Telaga Pengilon. Konon, disebut Telaga Pengilon karena airnya yang begitu
jernih, sehingga bisa untuk berkaca.
seger! |
Saat mengelilingi telaga, sebenarnya kita juga akan menemukan beberapa gua
kecil. Antara lain Gua Semar, Gua Sumur, dan Gua Jaran. Gua-gua ini beraroma mistis. Konon, beberapa gua digunakan sebagai tempat meditasi. Namun, karena waktu jua lah kami tidak sempat mengunjungi gua-gua tersebut. Kami terlanjur lama di telaga warna. Ya bagaimana tidak? Air hijau kebiru-biruan yang tenang, telaga yang dilindungi bukit dan rimbunnya hutan, serta udara yang segar memang membuat kita banyak menghabiskan waktu di telaga warna. Benar-benar surganya dataran tinggi dieng. Damai sob.
Panorama Telaga Warna |
Selepas keluar dari kawasan telaga warna kami berencana jalan kaki hingga homestay. Namun, memang Allah bersama para pejalan, tiba-tiba dari arah jalan berlawan datanglah sejenis kereta wisata yang berjalan dengan gembira (terlihat dari penumpangnya yang bernyanyi). lalu kami pun ditawari nebeng. Ternyata mereka ini berasal dari komunitas jalan-jalan bareng regional dieng yang sedang melakukan kegiatan bareng dan esok hari mereka melakukan pendakian massal ke gunung prau. Sayang kami tidak bisa ikut tentunya karena besok waktunya kami pergi ke jogja surabaya.
Tidak lama sesampainya di homestay, maghrib pun tiba. Saya mencoba untuk solat di mesjid besar depan homestay. Sekaligus menjajal udara malam dieng dan ternyata... dingin zzz. Ditambah saat kita akan mengambil air wudhu. Makin Dingin!! Tapi setelah solat di mesjid tentu hati menjadi hangat, pikiran hangat, badan pun ikutan hangat. Asik.
Selepas solat saya menyempatkan diri mencoba buah khas dieng yakni carica di sebelah homestay. Buah carica ini memang menjadi primadona di dieng. Masyakat dieng juga banyak yang menggantungkan hidupnya dengan mengolah dan menjual carica. Ini memang sudah menjadi industri rumahan di berbagai tempat di dieng. Apalagi dengan banyakya pendatang yang penasaran ingin mencoba tentu buah ini menjadi laris. Dan akhirnya hari semakin malam waktunya untuk istirahat serta menyiapkan tubuh dan tenaga untuk mengejar sunrise di sikunir esok hari. Sekali lagi Indonesia itu indah kawan.
Tabik.
Tabik.
Sejauh mata memandang. Hijau! |
Catatan Biaya Penting :
1. Tiket Masuk Dieng Plateu Theater : Rp. 4000
2. Tiket Retribusi Batu Pandang Telaga Warna : Rp. 3000
3. Tiket Masuk Telaga Warna : Gratis karena masuk lewat DPT
Sedikit Tips:
1. Rute ternyaman saat mengunjungi kawasan dieng menurut saya adalah pertama mengunjungi kompleks candi arjuna dengan lewat gerbang resmi atau lewat sawah (lebih dekat), kedua berjalan kaki sedikit ke arah selatan akan bertemu dengan museum kaliasa, ketiga susuri jalan besar depan museum hingga pertigaan untuk menuju ke kawah sikidang, keempat mengunjungi Dieng Plateu Theater untuk menonton film tentang dieng, kelima susuri jalan setapak belakang DPT untuk melihat telaga warna dari atas di batu pandang, keenam turun kebawah dari belakang DPT hingga sampai di telaga warna dan telaga pengilon, ketujuh pulang ke homestay istirahat bersiap untuk sunrise di sikunir esok hari. Rute diatas bisa dilakukan dengan berjalan kaki seharian dari pagi sekitar pukul 10.00.
Sedikit Tips:
1. Rute ternyaman saat mengunjungi kawasan dieng menurut saya adalah pertama mengunjungi kompleks candi arjuna dengan lewat gerbang resmi atau lewat sawah (lebih dekat), kedua berjalan kaki sedikit ke arah selatan akan bertemu dengan museum kaliasa, ketiga susuri jalan besar depan museum hingga pertigaan untuk menuju ke kawah sikidang, keempat mengunjungi Dieng Plateu Theater untuk menonton film tentang dieng, kelima susuri jalan setapak belakang DPT untuk melihat telaga warna dari atas di batu pandang, keenam turun kebawah dari belakang DPT hingga sampai di telaga warna dan telaga pengilon, ketujuh pulang ke homestay istirahat bersiap untuk sunrise di sikunir esok hari. Rute diatas bisa dilakukan dengan berjalan kaki seharian dari pagi sekitar pukul 10.00.
Gallery Foto:
Telaga Warna |
lagi |
dan lagi |
Indonesia itu Indah Kawan! |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar