SEDIKIT CORETAN PERJALANAN

September 06, 2013

Dieng : Negeri Para Dewa

Gerbang Masuk Kawasan Wisata Dieng Plateu
The world is a book and those who do not travel read only one page.”
― Augustine of Hippo
“Magelang, magelang”. Teriak kenek bus ketika mata saya masih sulit untuk sekedar mengintip keluar jendela. Langit masih gelap, saya dan syfa almira (–travelmates saya) segera turun dari bus rahayu yang membawa saya dari surabaya ke magelang. Setelah mencuci muka di toilet, kami pun bergegas menuju mobil travel yang sudah siap membawa kami ke wonosobo. Ya, wonosobo merupakan tujuan kami di pagi buta itu, di provinsi jawa tengah. Perjalanan kami ke wonosobo memakan waktu sekitar 2 jam dari magelang. Awal mula kami memakai jasa travel adalah karena tidak ada bis langsung yang mengantar kami dari surabaya ke wonosobo. Saya pikir perjalanan untuk ke dieng jika dari surabaya adalah perjalanan yang tanggung. Jika berangkat dari surabaya pagi, maka sampai wonosobo sore hari dan sangat riskan karena bis wonosobo-dieng hanya sampai jam 5 dan itu berarti harus menginap di wonosobo (baca: tambah pengeluaran). Jika berangkat malam, saya khawatir tidak ada bis lagi dari magelang-wonosobo sehingga nasib kita pun tidak jelas nanti di terminal magelang. Di tengah kebingungan tersebut pada hari H kami diberitahu oleh suryoaji teman kami ada bis travel langsung ke wonobo. "Wah, kebetulan sekali", pikirku. Dengan bekal handphone di saku dan pulsa yang lumayan sedikit alhamdulillah tanpa pikir panjang saya telepon dan booking untuk berangkat sore harinya sehingga kami sampai wonosobo pagi hari dan tidak perlu menginap (baca:irit). Dieng, here we go!! 

Bus Travel
    Perjalanan di mobil travel melewati jalur magelang, temanggung, parakan kami disuguhi pemandangan yang sangat cantik pagi itu dengan latar gunung sindoro yang gagah di sebelah kanan dan gunung sumbing yang elok di sebelah kiri serta sunrise merah di belakang kami menjadi pemandangan yang membuat saya sudah berkata seraya tersenyum “ah, sepertinya perjalanan kami akan indah”, harapku. Sekitar pukul 7.00 kami tiba di alun-alun wonosobo untuk melanjutkan perjalanan dengan bis ke dieng. Perjalanan naik ke atas dieng ini seperti perjalanan ke negeri lain saja. Kami disuguhi pemandangan yang asing bagi kami anak kota. Hamparan kebun-kebun kentang hijau membentang lantas membentuk pola yang indah. Bukit-bukit yang asri, udara yang segar. Betul-betul indah. Anda pasti takjub ketika melihat keindahan alam dieng. Sangat hijau, bersih , sangat memanjakan mata. “Ah, anak kota mana yang tidak senang dengan suasana ini” pikirku. Dataran Tinggi Dieng ini sendiri berada pada ketinggian sekitar 2000 mdpl. Suhu berkisar 12-20 °C di siang hari dan 7-10 °C di malam hari. Pada bulan-bulan ini (Juli dan Agustus), suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas ("embun racun") karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian. Sayangnya, saat kami ke dieng fenomena bun upas sudah terjadi pada awal agustus. Sehingga kami tidak merasakan fenomena langka itu. Selain kentang, Dieng juga mempunyai buah khasnya yakni carica yaitu sejenis pepaya kalau di kota. Rasanya manis jika sudah diolah tapi kalau rasa aslinya katanya sedikit asam. Banyak sekali yang menjual carica ini di dieng sehingga tidak perlu bingung membeli dimana.
     Di perjalanan, kami banyak mengobrol dengan supir mikro bus ini. Ya, saya rasa memang masyarakat dieng sangat ramah terhadap pendatang. Mereka akan menjawab semua rasa penasaran anda dengan senang hati bahkan menjadi seperti tour guide dadakan memberi tahu ini itu hal-hal yang tidak kita tanyakan. Sampai di pertigaan bu Jono, kanan ke komplek arjuna dan kiri ke telaga warna, kami masih belum tau menginap dimana. Kebetulan pada hari itu hotel bu jono yang tersohor itu sedang direnovasi sehingga kami tidak bisa menginap disana. Setelah sarapan di Bu Min, kami mencari penginapan. Jangan kaget jika tiba-tiba ada yang menawari anda hotel atau jasa ojek. Ya, karena ini sudah memasuki kawasan wisata maka otomatis akan banyak yang menawarkan jasa. Cara mensiasatinya adalah cukup bilang terima kasih, sudah dapet hotel, lebih enak jalan kaki, udaranya segar. Klasik memang bukannya kami tidak mau dibantu tetapi memang lebih puas jika kita yang menentukan sendiri. Toh, memang banyak penginapan di sekitar situ. Tidak usah khawatir jika masuk ke penginapan A, lihat kamar lalu harganya tidak cocok. Cukup bilang terima kasih lalu melangkah ke penginapan lain. 
Kebun Kentang dimana-mana
Bukit-bukit hijau
      Kaki kami akhirnya sampai di arjuna homestay tempat yang cukup nyaman , berlantai 2 dengan kebun-kebun dan komplek candi arjuna sebagai pemandangan terasnya. Indah. Setelah membereskan perlengkapan dan ngobrol sebentar dengan pemilik penginapan ini, kami pun bergegas ke candi arjuna. Menurut pemilik penginapan kita tidak perlu masuk memutar lewat gerbang utama candi. Susuri saja ladang dan kebun di depan penginapan maka kita akan sampai di candi arjuna. Kawasan wisata dieng 1 ini jaraknya berdekatan bisa dicapai dengan jalan kaki sehingga tidak perlu sewa motor karena selain lebih irit tentunya jalan kaki akan membuat kita bisa berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Sesuai prinsip saya learning by walking. Fyi setiap tempat juga ada retribusi parkir jadi memang jalan kaki itu selain sehat badan juga sehat kantong. Motor diperlukan ketika kita mengejar sunrise di puncak sikunir. Biasanya penginapan menawari kita paket ke puncak sikunir dengan guide juga dari penginapan. Kalau tips saya tawar ke tukang ojek saja karena jika dari penginapan itu lebih mahal kenanya. Logikanya kita bayar sekian ke orang penginapan lalu orang penginapan itu akan bayar juga ke ojeknya (baca: tangan kedua). Sehingga biaya yang dibebankan kepada kita lebih tinggi. Kebetulan pas kemarin saya ke sikunir memakai jasa ojek Pak Mulyadi dan ditemani juga sampai atas puncak. Dari pak Mulyadi saya diberitahu banyak hal dari cerita sejarah dieng, buah khasnya (carica) hingga soal ketidakakuran dinas pariwisata dengan masyarakat sekitarnya. Hal ini terbukti dengan tidak berlakunya tiket terusan yang seharga 20.000 untuk masuk telaga warna. Saya sendiri juga tidak membeli tiket terusan karena selain tidak tahu beli dimana, saya pertama kali masuk candi arjuna saja bobol lewat ladang orang, lalu dimana beli tiketnya? 

Catatan Biaya Penting:
1. Bus Travel Surabaya-Wonosobo : Rp 140.000
2. MikroBus Wonosobo-Dieng : Rp. 10.000 - Rp. 12.000
3. Penginapan/Homestay : Rp. 150.000
4. Ojek serta Guide Sikunir : Rp. 50.000  

Sedikit Tips:
1. Lebih baik mengunjungi dieng pagi hari sehingga mempunyai banyak waktu untuk mengunjungi semua wisata di kawasan dieng 1 seharian.
2. Jangan terpaku pada satu penginapan karena penginapan disini banyak dengan harga yang bervariasi. Rata-rata sudah memakai air panas.

Gallery Foto:

Rumah Carica Jual Carica Dong
Hijaaauuuu

Segeerr
Gunung Sindoro (kapan yaa kesana?)

Ini buah caricanya yang masih di pohon

Ayo Sekolah!!

8 komentar:

  1. Bisa minta kontak nya Gan?? Rencana mau ke Dieng nih 6 des

    BalasHapus
  2. Bisa minta kontak nya Gan?? Rencana mau ke Dieng nih 6 des

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa minta contactnya kak?? Rencana mau ke dieng juga tanggal 5,6 des

      Hapus
  3. Bus Travel Surabaya - Wonosobonya pakai Travel apa ya ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. haloo
      sori baru sempat balas travelnya kmaren pakai rahayu travel surabaya

      Hapus
  4. Bus travel dari surabaya ke wonosobo pake apa ya? Bisa minta infonya. Thx

    BalasHapus
    Balasan
    1. sori baru sempat balas kmaren pakai rahayu travel persada surabaya

      Hapus